Soal Banjir di Makassar, Jubir DIA: Tak Sekalipun Danny Menyebut Nama atau Menyalahkan Pendahulunya
MAKASSAR - Penampilan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel nomor urut 1, Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto - Azhar Arsyad (DIA) pada Debat Kedua Pilgub Sulsel, Minggu (10/11/2024), terlihat mendominasi hampir semua segmen.
Tak terkecuali ketika Danny menjawab pertanyaan mengenai masalah banjir yang kerap terjadi di kota Makassar.
Pada sesi itu, Danny yang menjabat Wali Kota Makassar dua periode menegaskan bahwa banjir yang selalu terjadi di Kota Makassar saat musim hujan selama 10 tahun, bukan merupakan bencana hidrometeorologi. Melainkan kesalahan tata ruang yang dilakukan oleh pendahulunya.
"Itu bukan bencana hidrometeorologi, tapi itu kesalahan tata ruang yang diterapkan oleh para pendahulu saya, ” kata Danny Pomanto, saat menjawab pertanyaan Cagub 02, Andi Sudirman.
Menurut Danny, saat awal menjabat dia terkejut karena ada areal yang seharusnya dipergunakan untuk menampung air menjadi lokasi perumahan.
“Makanya pada awal menjabat saya kampanye, jangan beli rumah di tempat air menetap. Makanya banjir di Makassar ini bukan bencana hidrometeorologi karena justru orang (yang) datangi tempat air, ” katanya.
Jawaban Danny ini ternyata memancing respon dari sejumlah pihak, termasuk dari mantan Wali Kota Makassar sebelum Danny, yakni Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dan Juru Bicara Tim Andalan Hati, Muhammad Ramli Rahim (MRR).
Baik IAS maupun MRR melontarkan pernyataan di sejumlah media yang menyebut Danny Pomanto telah menyalahkan Wali Kota sebelumnya, sekaligus tidak punya solusi mengatasi hal tersebut.
Atas hal ini, Juru Bicara Danny - Azhar, Asri Tadda terpaksa angkat bicara. Dirinya mengaku heran mengapa ada pihak yang merasa kebakaran jenggot atas pernyataan Danny dalam forum debat publik itu.
Baca juga:
Tony Rosyid: Iwan Fals Inginkan Perubahan
|
"Sepanjang debat berlangsung, tak sekalipun Pak Danny menuduh ataupun menyebutkan nama. Ini aneh, kenapa Pak IAS dan Jubir Andalan Hati baperan lalu menyimpulkan demikian, seperti kehilangan bahan (pemberitaan) saja, " kata Asri, Rabu (13/11) petang, dilansir KarebaDIA.
Dijelaskannya, persoalan banjir yang kerap terjadi di Kota Makassar memang cukup kompleks.
"Secara logika, kita memang tidak bisa menghalangi air berkumpul di daerah paling rendah. Karena sudah terlanjur jadi permukiman, maka mau tak mau, yang bisa dilakukan adalah mitigasi dan adaptasi terhadap terjadinya banjir, " jelas Asri mengulangi ulasan Danny saat debat.
Asri bilang, Danny tidak pernah menyalahkan siapapun atas masalah itu, tetapi hanya merujuk pada kesalahan tata ruang sebagai penyebabnya.
"Sebagai produk kebijakan pemerintah, (tata ruang) ini harus bisa diterima bersama tanpa harus menyalahkan siapapun, sembari terus dicarikan solusi terbaik selain mitigasi dan adaptasi bencana di lokasi yang dimaksud, " terang Asri.
Karena itu, dirinya mengajak kepada seluruh pihak untuk kembali berkepala dingin dan tidak terbawa emosi menyikapi semua hal yang telah terjadi dalam forum debat yang telah usai.
"Kita ingin jaga Pilkada yang damai. Janganlah memancing-mancing masalah yang tak perlu, menuding hal yang tidak benar. Ini kalau diseriusi bisa jadi masalah baru, yakni pencemaran nama baik, " beber Asri.
Selain itu, Asri juga menyarankan kepada awak media untuk selektif menerbitkan rilis berita terutama jika menyangkut hal-hal yang sensitif seperti tudingan terhadap seseorang tanpa bukti yang valid.
"Hati-hati, ini sudah masuk pemberitaan yang subjektif, menuding yang tidak benar kepada seseorang. Kalau terus dilakukan, tim hukum DIA tentu akan mengambil langkah yang perlu dilakukan sesuai aturan yang ada, " tegas Asri. (*)